Sabtu, 16 Mei 2015

Cerita Tempo Dulu Suku Merauje



Di kampung Rebeho hidup seorang bernama Inai. Kebunnya bagus dengan banyak tanaman. Tetapi sungguh di sayangkan, setiap kali ingin memanen hasil kebunnya yang sudah matang, hasil kebunnya telah di ambil dan sebagiannya lagi terinjak – injak dan tanda – tandanya sangat jelas bukan seeokor babi yang melakukannya.
Inai bersama temannya yang bernama Yoma terpaksa menjaga kebunnya itu dan supaya mereka dapat mengetahui siapa yang telah mengambil hasil kebunnya. Hari sudah semakin malam Inai dan Yoma memutuskan untuk ada yang menjaga kebun di malam hari dan Yoma memutuskan untuk menjaga kebun dan Inai pulang tetapi sebelum Inai pulang dia harus membantu Yoma untuk mencari tempat persembunyiannya dengan cara menutupi Yoma dengan kulit - kulit kayu dan dedaunan sambil Yoma duduk diatas tunggul – kayu besar, dan setelah itu Inai meninggalkan Yoma sendiri dan dia mulai beranjak pulang.
Di pinggir kebun terdapat sebuah sumur dan hari semakin larut terlihatlah kilauan cahaya yang keluar dari dalam sumur tersebut, tiba – tiba terlihatlah seperti piringan bulan yang keluar dari dalam sumur itu, lama – kelamaan bulan tersebut berubah bentuk menjadi seorang wanita tua (SREDMOIN). Piringan bulan yang berbentuk  Wanita tua itu kemudian melewati pagar kebun sambil memegang  periuk tanah lihat, di ambillah buah – buahan dan sayur – sayuran di taruhlah ke dalam periuk yang di bawahnya,piringan bulan yang berbentuk wanita tua itu mematah sebatang tebu merah lalu ia melewati lagi pagar kebun untuk keluar dan menuju sumur lalu menghilanglah piringan bulan yang berbentuk wanita tua tersebut ke dalam sumur itu.
Pagi hari sudah tiba datanglah Inai, setelah Inai tiba di kebun segerelah ia melepaskan Yoma dari kulit – kulit pohon dan dedaunan yang menjadi tempat persembunyian Yoma, dengan rasa penasarannya Inai mulai bertanya: “Hai Yoma… apa saja yang telah kau lihat di malam hari?” , Yoma yang telah melihat kejadian semalam dia tak sanggup berkata – kata ia sangat gemetar dan merasa dingin, sebelum ia menceritakan semuanya Yoma menyuruh Inai untuk membuat api, sambil menghangatkan badannya Yoma mulai menceritakan semuanya.
Mereka mulai beranjak pulang ke rumah, sesampainya mereka berdua di rumah, Inai menyuruh agar membuat makanan yang banyak dan di undanglah ibu – ibu untuk makan, dan di tugaskanlah mereka untuk membuat beberapa pukat – gayung (POR). Hari berikutnya Yoma dan istrinya Iwaiye pergi ke kebun , tidak lama kemudian Iwaiye yang sedang berdiri dekat pohon sagu yang tidak jauh dari sumur di dekat kebun ingin mengambil [ kemudian istri Yoma bernama Iwaiye yang sedang berdiri di dekat pohon sagu yang tidak jauh dari sumur itu menghampiri sumur itu untuk menimba air, dia melihat air sumur itu berubah menjadi berlendir. Tanpa orang lain melihatnya juga, Iweiye melihat kilauan cahaya keluar dari dalam sumur berbentuk piringan (Serupa wanita tua) yang begitu terang yaitu bulan, dengan pekatnya Iweiye menagkapnya. Dengan diam – diam Iweiye menyembunyikan piringan tersebut, segeralah Iweiye bergegas pulang ke rumah dan mengatakannya kepada suaminya Yoma.
Dengan segera Yoma menyiapkan satu periuk besar untuk memasukkan bulan tersebut yang berbentuk wanita tua itu kedalam periuk dan menutupnya,  setelah malam hari telah tiba Yoma membuka penutup periuk itu dan keluarlah kilauan cahaya dari dalam periuk lalu membuat rumah Yoma dan Iweiye yang gelap menjadi terang, dengan kilauan cahaya itu mereka minikmati malam. Hari sudah mulai larut tiba saatnya untuk mereka tidur, sebelum tidur  mereka menutup kembali peruk tersebut. Hari demi haripun berlalu, di suatu hari Yoma dan istrinya Iweiye berada dikebun dan mereka meniggalkan anak mereka di kampung yang sedang bermain busur dengan panah kecil, sebelumnya Yoma dan Iweiye memberitahukan kepada anak mereka untuk tidak meceritakan isi dari periuk yang mereka simpan di rumah mereka, namun dengan mengabaikan perintah dari orang tuanya anak ini mengajak teman – temannya untuk melihat isi dari periuk tersebut setelah anak Yoma dan Iwiye tiba di rumah mereka dengan membawa teman – temannya, mereka semua berdiri mengelilingi periuk itu lalu anak Yoma dan Iweiye membuka penutup periuk tersebut, lalu apa yang terjadi mereka semua kaget kilauan cahaya keluar dari periuk tersebut mereka melihat bulan yang berbentuk wanita tua dan mulai keluar dari periuk itu, kemudian mereka mengarahkan panah mereka kepada perempuan – piringan yang bernyala – nyala. Piringan itu naik hingga mengenai papan plafon rumah mereka sehingga piringan itu keluar melalu cela – cela rumah, cahaya itu keluar dan naik di atas pohon pisang lalu dia pindah lagi menaiki pohon kelapa kuning muda yang berdaun kuning putih.
Dengan tidak mengetahui apa yang telah terjadi di rumah, Yoma mendapat tanda dengan tetesan darah yang jatuh di dalam sagu saat ia menokok sagu, Yoma sadar bahwa ada yang sedang tidak beres terjadi di rumah, ada sesuatu yang terjadi dengan isi periuk yang di taruhnya di rumah. Lalu, Yoma bersama istrinya Iweiye bergegas cepat –cepat pulang ke rumah, sesampainya di rumah mereka terkejut apa yang Yoma kuwatirkan ternyata betul piringan bulan yang berbentuk wanita tua telah terlepas dan dia berda di atas pohon kelapa dengan keadaan luka – luka panah yang keliatan akibat bidikan dari anak Yoma dan teman –temannya, kejadian ini membuat orang kampung datang dan menyaksikannya. Yoma yang panik langsung berbicara kepada piringan bulan itu : ”Bulan… saya minta maaf, saya tidak menyangka kalau engkau mau meninggalkan kami, aku ingin kita mengadakan perjanjian… perjanjiannya seperti ini ; jika suatu saat dimana ada salah satu keluarga kami meninggal kami ingin di beri tanda – tanda untuk kami, apabila suatu saat bulan di langit berubah menjadi merah darah maka itulah tandannya dan tanda itu untuk keluarga adik perempuan kami, dan kalau ada orang yang meninggal di keluarga itu, kami ingin di beri tanda dengan bulan di langit tertutup kabut, dan  lain tandanya juga kami akan berburu babi jika kami menerima tanda bulan di langit muncul dengan garis hitam di tengah, barulah kami berburu.” Setelah itu dengan perlahan – lahan piringan bulan itu mulai naik ke langit dari pohon kelapa.
Sejak kejadian itu suku Merauje tidak boleh lagi makan pisang – bulan dan buah kelapa yang kuning muda (KABUI). Dan hal –hal itu terjadi di timur sebelum suku Merauje pindah, sedangkan Inai teman Yoma pindah ke barat terjadi suasana kurang enak dengan Yoma, sama halnya juga dengan Yoma, dia meminta maaf dan pindah juga sambil membawah priuk bulan itu. Untuk pertama kalinya Yoma pindah ke Sekou, sedangkan Inai teruskan perjalanannya ke barat dan dia bertemu moyang Jouwe (Makanowe) . Waktu pertemuan itu terjadi keajaiban, yaitu roh TAB muncul dan memesan: “Kalian berdua harus akrab seperti bersaudara”, sejak mendengar pesan dari roh TAB Jouwe member izin untuk berkebun/berdusun.
Jouwe dan Merauje menerima tanda dari roh TAB, yaitu : “Apabila seekor ular merayap diatas pasir pantai dan membuat tiga garis dalam pasir, maka seorang suku Jouwe akan meninggal, kalau ular hanya membuat satu garis itu tandanya untuk suku Merauje”. Dan Inai akhirnya diterimah Karoh Sanyi sebagai penduduk baru di Injros.




THE END