Di kampung
Rebeho hidup seorang bernama Inai. Kebunnya bagus dengan banyak tanaman. Tetapi
sungguh di sayangkan, setiap kali ingin memanen hasil kebunnya yang sudah
matang, hasil kebunnya telah di ambil dan sebagiannya lagi terinjak – injak dan
tanda – tandanya sangat jelas bukan seeokor babi yang melakukannya.
Inai bersama
temannya yang bernama Yoma terpaksa menjaga kebunnya itu dan supaya mereka
dapat mengetahui siapa yang telah mengambil hasil kebunnya. Hari sudah semakin
malam Inai dan Yoma memutuskan untuk ada yang menjaga kebun di malam hari dan
Yoma memutuskan untuk menjaga kebun dan Inai pulang tetapi sebelum Inai pulang
dia harus membantu Yoma untuk mencari tempat persembunyiannya dengan cara
menutupi Yoma dengan kulit - kulit kayu dan dedaunan sambil Yoma duduk diatas
tunggul – kayu besar, dan setelah itu Inai meninggalkan Yoma sendiri dan dia
mulai beranjak pulang.
Di pinggir kebun
terdapat sebuah sumur dan hari semakin larut terlihatlah kilauan cahaya yang
keluar dari dalam sumur tersebut, tiba – tiba terlihatlah seperti piringan
bulan yang keluar dari dalam sumur itu, lama – kelamaan bulan tersebut berubah
bentuk menjadi seorang wanita tua (SREDMOIN). Piringan bulan yang
berbentuk Wanita tua itu kemudian
melewati pagar kebun sambil memegang periuk
tanah lihat, di ambillah buah – buahan dan sayur – sayuran di taruhlah ke dalam
periuk yang di bawahnya,piringan bulan yang berbentuk wanita tua itu mematah
sebatang tebu merah lalu ia melewati lagi pagar kebun untuk keluar dan menuju
sumur lalu menghilanglah piringan bulan yang berbentuk wanita tua tersebut ke dalam
sumur itu.
Pagi hari sudah
tiba datanglah Inai, setelah Inai tiba di kebun segerelah ia melepaskan Yoma
dari kulit – kulit pohon dan dedaunan yang menjadi tempat persembunyian Yoma,
dengan rasa penasarannya Inai mulai bertanya: “Hai Yoma… apa saja yang telah kau lihat di malam hari?” , Yoma
yang telah melihat kejadian semalam dia tak sanggup berkata – kata ia sangat
gemetar dan merasa dingin, sebelum ia menceritakan semuanya Yoma menyuruh Inai
untuk membuat api, sambil menghangatkan badannya Yoma mulai menceritakan
semuanya.
Mereka mulai
beranjak pulang ke rumah, sesampainya mereka berdua di rumah, Inai menyuruh agar
membuat makanan yang banyak dan di undanglah ibu – ibu untuk makan, dan di
tugaskanlah mereka untuk membuat beberapa pukat – gayung (POR). Hari berikutnya
Yoma dan istrinya Iwaiye pergi ke kebun , tidak lama kemudian Iwaiye yang
sedang berdiri dekat pohon sagu yang tidak jauh dari sumur di dekat kebun ingin
mengambil [ kemudian istri Yoma bernama Iwaiye yang sedang berdiri di dekat
pohon sagu yang tidak jauh dari sumur itu menghampiri sumur itu untuk menimba
air, dia melihat air sumur itu berubah menjadi berlendir. Tanpa orang lain
melihatnya juga, Iweiye melihat kilauan cahaya keluar dari dalam sumur berbentuk
piringan (Serupa wanita tua) yang begitu terang yaitu bulan, dengan pekatnya
Iweiye menagkapnya. Dengan diam – diam Iweiye menyembunyikan piringan tersebut,
segeralah Iweiye bergegas pulang ke rumah dan mengatakannya kepada suaminya
Yoma.
Dengan segera
Yoma menyiapkan satu periuk besar untuk memasukkan bulan tersebut yang
berbentuk wanita tua itu kedalam periuk dan menutupnya, setelah malam hari telah tiba Yoma membuka
penutup periuk itu dan keluarlah kilauan cahaya dari dalam periuk lalu membuat
rumah Yoma dan Iweiye yang gelap menjadi terang, dengan kilauan cahaya itu
mereka minikmati malam. Hari sudah mulai larut tiba saatnya untuk mereka tidur,
sebelum tidur mereka menutup kembali
peruk tersebut. Hari demi haripun berlalu, di suatu hari Yoma dan istrinya
Iweiye berada dikebun dan mereka meniggalkan anak mereka di kampung yang sedang
bermain busur dengan panah kecil, sebelumnya Yoma dan Iweiye memberitahukan
kepada anak mereka untuk tidak meceritakan isi dari periuk yang mereka simpan
di rumah mereka, namun dengan mengabaikan perintah dari orang tuanya anak ini
mengajak teman – temannya untuk melihat isi dari periuk tersebut setelah anak
Yoma dan Iwiye tiba di rumah mereka dengan membawa teman – temannya, mereka
semua berdiri mengelilingi periuk itu lalu anak Yoma dan Iweiye membuka penutup
periuk tersebut, lalu apa yang terjadi mereka semua kaget kilauan cahaya keluar
dari periuk tersebut mereka melihat bulan yang berbentuk wanita tua dan mulai
keluar dari periuk itu, kemudian mereka mengarahkan panah mereka kepada
perempuan – piringan yang bernyala – nyala. Piringan itu naik hingga mengenai
papan plafon rumah mereka sehingga piringan itu keluar melalu cela – cela rumah,
cahaya itu keluar dan naik di atas pohon pisang lalu dia pindah lagi menaiki
pohon kelapa kuning muda yang berdaun kuning putih.
Dengan tidak
mengetahui apa yang telah terjadi di rumah, Yoma mendapat tanda dengan tetesan
darah yang jatuh di dalam sagu saat ia menokok sagu, Yoma sadar bahwa ada yang
sedang tidak beres terjadi di rumah, ada sesuatu yang terjadi dengan isi periuk
yang di taruhnya di rumah. Lalu, Yoma bersama istrinya Iweiye bergegas cepat
–cepat pulang ke rumah, sesampainya di rumah mereka terkejut apa yang Yoma
kuwatirkan ternyata betul piringan bulan yang berbentuk wanita tua telah
terlepas dan dia berda di atas pohon kelapa dengan keadaan luka – luka panah
yang keliatan akibat bidikan dari anak Yoma dan teman –temannya, kejadian ini
membuat orang kampung datang dan menyaksikannya. Yoma yang panik langsung
berbicara kepada piringan bulan itu : ”Bulan…
saya minta maaf, saya tidak menyangka kalau engkau mau meninggalkan kami, aku
ingin kita mengadakan perjanjian… perjanjiannya seperti ini ; jika suatu saat
dimana ada salah satu keluarga kami meninggal kami ingin di beri tanda – tanda
untuk kami, apabila suatu saat bulan di langit berubah menjadi merah darah maka
itulah tandannya dan tanda itu untuk keluarga adik perempuan kami, dan kalau
ada orang yang meninggal di keluarga itu, kami ingin di beri tanda dengan bulan
di langit tertutup kabut, dan lain
tandanya juga kami akan berburu babi jika kami menerima tanda bulan di langit
muncul dengan garis hitam di tengah, barulah kami berburu.” Setelah itu
dengan perlahan – lahan piringan bulan itu mulai naik ke langit dari pohon
kelapa.
Sejak kejadian
itu suku Merauje tidak boleh lagi makan pisang – bulan dan buah kelapa yang
kuning muda (KABUI). Dan hal –hal itu terjadi di timur sebelum suku Merauje pindah,
sedangkan Inai teman Yoma pindah ke barat terjadi suasana kurang enak dengan
Yoma, sama halnya juga dengan Yoma, dia meminta maaf dan pindah juga sambil
membawah priuk bulan itu. Untuk pertama kalinya Yoma pindah ke Sekou, sedangkan
Inai teruskan perjalanannya ke barat dan dia bertemu moyang Jouwe (Makanowe) .
Waktu pertemuan itu terjadi keajaiban, yaitu roh TAB muncul dan memesan: “Kalian berdua harus akrab seperti
bersaudara”, sejak mendengar pesan dari roh TAB Jouwe member izin untuk
berkebun/berdusun.
Jouwe dan
Merauje menerima tanda dari roh TAB, yaitu : “Apabila seekor ular merayap diatas pasir pantai dan membuat tiga garis
dalam pasir, maka seorang suku Jouwe akan meninggal, kalau ular hanya membuat
satu garis itu tandanya untuk suku Merauje”. Dan Inai akhirnya diterimah
Karoh Sanyi sebagai penduduk baru di Injros.


